DIALOG MASALAH KETUHANAN YESUS
Kisah

Home

Anekdot | Nabi | Toleransi | Kisah | Buku Tamu | Contact Me

Perjalanan "Cat Stevens" Menjadi "Yusuf Islam"


"Aku dilahirkan di London, jantung dunia Barat. Aku dilahirkan di era
televisi dan angkasa luar. Aku dilahirkan di era teknologi mencapai
puncaknya di negara yang terkenal dengan peradabannya, negara Inggris. Aku
tumbuh dalam masyarakat tersebut dan aku belajar di sekolah Katholik
yang mengajarkanku tentang agama Nashrani sebagai jalan hidup dan
kepercayaan. Dari sini pula aku mengetahui apa yang harus kuketahui tentang
Allah, al-Masih 'Alaihis-salaam dan taqdir, yang baik maupun yang buruk."

"Mereka banyak memberitahuku tentang Allah, sedikit tentang al-Masih
dan lebih sedikit lagi tentang Ruhul Qudus (Jibril)."

"Kehidupan di sekelilingku adalah kehidupan materi. Paham materialis
gencar diserukan dari berbagai media informasi. Mereka mengajarkan,
kekayaan adalah kekayaan harta benda yang sesungguhnya, dan kefakiran adalah
ketiadaan harta benda secara hakiki. Amerika adalah contoh negara kaya
dan negara-negara dunia ketiga adalah contoh kemiskinan, kelaparan,
kebodohan, dan kepapaan.
Karena itu, aku harus memilih dan meniti jalan kekayaan, supaya aku
bisa hidup bahagia; supaya aku dapat kenikmatan hidup. Karena itu, aku
membangun falsafah hidup bahwa dunia tidaklah ada kaitannya dengan agama.
Falsafah inilah yang aku jalani, agar aku mendapatkan kebahagiaan
jiwa."

"Lalu, aku mulai melihat kepada sarana untuk meraih kesuksesan. Dan,
cara yang paling mudah -menurutku- adalah dengan membeli gitar, mengarang
lagu, dan menyanyikannya sendiri. Aku lalu tampil di hadapan mereka.
Inilah yang benar-benar aku lakukan dengan membawa nama "Cat Stevens".
Dan tidak berapa lama, yakni ketika aku berusia 18 tahun, aku telah
menyelesaikan rekaman dalam delapan kaset. Setelah itu banyak sekali
tawaran. Dan aku pun bisa mengumpulkan uang yang banyak. Di samping itu,
pamorku pun mencapai puncak."

"Ketika aku berada di puncak ketenaran, aku melihat ke bawah. Aku takut
jatuh! Aku dihantui kegelisahan. Akhirnya, aku mulai minum minuman
keras satu botol setiap hari, supaya memotivasi keberanianku untuk
menyanyi. Aku merasa orang-orang di sekelilingku berpura-pura puas. Padahal,
dari wajah mereka, tak seorang pun tampak puas, kepuasan yang
sesungguhnya. Semuanya harus munafik, bahkan dalam jual beli dan mencari sesuap
nasi, bahkan dalam hidup! Aku merasa, ini adalah sesat. Dari sini, aku
mulai membenci kehidupanku sendiri. Aku menghindar dari orang banyak. Aku
lalu jatuh sakit. Aku kemudian diopname di rumah sakit karena sakit
paru-paru. Ketika di rumah sakit kondisiku lebih baik karena mengajakku
berpikir."

"Aku memiliki iman kepada Allah. Tetapi, gereja belum mengenalkanku
siapakah Tuhan itu dan aku tak mampu sampai pada hakikat Tuhan sebagaimana
yang dibicarakan gereja! Pikiranku buntu. Maka, aku memulai berpikir
tentang jalan hidup yang baru. Aku memiliki buku-buku tentang akidah dan
masalah ketimuran. Aku mencari tentang Islam dan hakikatnya. Dan
seperti ada perasaan, aku harus menuju pada titik tujuan tertentu, tetapi aku
tidak tahu keberadaan dan pengertiannya."

"Aku tidak puas berpangku tangan, duduk dengan pikiran kosong. Aku
mulai berpikir dan mencari kebahagiaan yang tidak kudapatkan dalam
kekayaan, ketenaran, puncak karir maupun di gereja. Maka aku mulai mengetuk
pintu Budha dan falsafah China. Aku pun mempelajarinya. Aku mengira,
kebahagiaan adalah dengan mencari berita apa yang akan terjadi di hari esok,
sehingga kita bisa menghindari keburukannya. Aku berubah menjadi
penganut paham Qadariyyah. Aku percaya dengan bintang-bintang, mencari berita
apa yang akan terjadi. Tetapi, semua itu ternyata keliru.
Aku lalu pindah kepada ajaran komunis. Aku mengira bahwa kebajikan
adalah dengan membagi kekayaan alam ini kepada setiap manusia. Tetapi, aku
merasa bahwa ajaran komunis tidak sesuai dengan fitrah manusia. Sebab,
keadilan adalah engkau mendapat sesuai apa yang telah engkau usahakan,
dan ia tidak lari ke kantong orang lain."

"Lalu, aku berpaling pada obat-obat penenang. Agar aku memutuskan mata
rantai berbagai pikiran dan kebimbangan yang menyesakkan. Setelah itu,
aku mengetahui bahwa tidak ada akidah yang bisa memberikan jawaban
kepadaku. Yang bisa menjelaskan kepadaku hakikat yang sedang aku cari. Aku
putus asa. Dan ketika itu aku belum mengetahui tentang Islam sama
sekali. Maka aku tetap pada keyakinanku semula, pada pemahamanku yang
pertama, yang aku pelajari dari gereja. Aku menyimpulkan bahwa
kepercayaan-kepercayaan yang aku pelajari itu adalah keliru. Dan bahwa gereja sedikit
lebih baik daripadanya. Aku kembali lagi kepada gereja. Aku kembali
mengarang musik seperti semula. Dan aku merasa Kristen adalah agamaku. Aku
berusaha ikhlas demi agamaku. Aku berusaha mengarang lagu-lagu dengan
baik. Aku berangkat dari pemikirang Barat yang bergantung pada
ajaran-ajaran gereja. Yakni, ajaran yang memberikan inspirasi kepada manusia
bahwa dia akan sempurna seperti Tuhan jika ia melakukan pekerjaannya
dengan baik serta ia mencintai dan ikhlas terhadap pekerjaannya."

"Pada tahun 1975 terjadi suatu yang luar biasa, yakni ketika saudara
kandungku tertua memberiku sebuah hadiah berupa satu mushaf Alquran.
Mushaf itu masih tetap bersamaku sampai aku mengunjungi al-Quds Palestina.
Setelah kunjungan tersebut, aku mulai mempelajari kitab yang
dihadiahkan oleh saudaraku itu. Suatu kitab yang aku tidak mengetahui apa isi di
dalamnya, juga tak mengetahui apa yang dibicarakannya. Lalu aku mencari
terjemahan Alquran al-Karim setelah aku mengunjungi al-Quds. Pertama
kalinya, melalui Alquran aku berpikir tentang apa itu Islam. Sebab, Islam
menurut pandangan orang Barat adalah agama yang fanatik dan sektarian.
Dan umat Islam itu sama saja. Mereka adalah orang-orang asing, baik
Arab maupun Turki. Kedua orang tua saya berdarah Yunani. Dan orang Yunani
sangat benci kepada orang Turki Muslim. Karena itu, seyogyanya aku
membenci Alquran yang merupakan agama dan pedoman orang-orang Turki,
sebagai dendam warisan. Tetapi, aku memandang, aku harus mempelajarinya
(terjemahannya). Tidak mengapa aku mengetahui isinya."

"Sejak pertama, aku merasa bahwa Alquran dimulai dengan Bismillah
(dengan nama Allah), bukan dengan nama selain Allah. Dan ungkapan
Bismillahirrahmanirrahiim begitu sangat berpengaruh dalam jiwaku. Lalu surat
al-Fatihah itu berlanjut dengan Faatihatul Kitab, Alhamdulillahi rabbil
'alamiin. Segala puji milik Allah Sang Pencipta sekalian alam, dan Tuhan
segenap makhluk.
Sampai waktu itu, pemikiran saya tentang Tuhan begitu lemah tak
berdaya. Mereka mengatakan kepadaku, 'Sesungguhnya Allah adalah Maha Esa,
tetapi terbagi menjadi tiga dzat! Bagaimana? Saya tidak mengerti'!"

"Dan, mereka mengatakan kepadaku, "Sesungguhnya Tuhan kita bukanlah
Tuhannya orang Yahudi."
Adapun Alquran, maka ia mulai dengan beribadah kepada Allah Yang Maha
Esa, Tuhan segenap alam semesta. Alqura menegaskan keesaan Sang
Pencipta. Dia tidak memiliki sekutu yang berbagi kekuasaan dengan-Nya. Dan, ini
adalah pemahaman baru bagiku. Sebelumnya, sebelum aku mengetahui
Alquran, aku hanya mengetahui adanya pemahaman kesesuaian dan kekuatan yang
mampu mengalahkan mu'jizat. Adapun sekarang, dengan pemahaman Islam, aku
mengetahu bahwa hanya Allah semata yang mampu dan Maha Kuasa atas
segala sesuatu."

"Hal itu masih dibarengi dengan keimanan terhadap hari akhir dan bahwa
kehidupan akhirat itu abadi. Jadi, tidaklah manusia itu dari segumpal
daging kemudian berubah setiap hari kemudian menjadi debu, sebagaimana
yang dikatakan oleh ahli biologi. Sebaliknya, apa yang kita lakukan
dalam kehidupan dunia ini sangat menentukan keadaan yang akan terjadi dalam
kehidupan di akhirat nanti. Alquran-lah yang menyeruku kepada Islam.
Maka aku pun memenuhi seruannya. Adapun gereja yang menghancurkanku dan
membuatku lelah dan letih, maka dialah yang mengantarkanku kepada
Alquran. Yakni, ketika aku tidak mampu menjawab berbagai pertanyaan jiwa dan
kalbuku."

"Di dalam Alquran aku melihat sesuatu yang asing. Ia tidak sama dengan
kitab-kitab lain. Ia tidak mengandung beberapa bagian atau sifat-sifat
yang ada dalam kitab-kitab agama lain yang telah kubaca. Di sampul
Alquran juga aku tidak mendapatkan nama pengarangnya. Karena itu, aku yakin
betul dengan makna wahyu yang Allah wahyukan kepada Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam yang diutus-Nya. Kini aku telah memahami dengan jelas
betul tentang perbedaan Alquran dengan Injil yang ditulis oleh
tangan-tangan pengarang yang berbeda-beda sehingga melahirkan kisah-kisah yang
bertentangan.
Aku berusaha untuk mencari kesalahan di dalam Alquran, tetapi aku tidak
menemukannya. Semua isi Alquran adalah sesuai dengan pemikiran keesaan
Allah yang murni. Dari sini, aku mulai mengenal tentang apa itu Islam."

"Alquran bukanlah satu-satunya risalah. Sebaliknya, di dalam Alquran
didapatkan nama-nama semua nabi yang dimuliakan oleh Allah. Alquran tidak
membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Dan teori ini sangat
logis. Sebab, jika anda beriman kepada seorang nabi dan tidak kepada
yang lainnya, berarti anda telah mengingkari dan menghancurkan kesatuan
risalah. Dari sejak itu, aku memahami bagaimana berantainya risalah sejak
awal penciptaan manusia. Dan bahwa manusia sepanjang sejarah selalu
terdiri dari dua barisan, mu'min dan kafir. Alquran telah menjawab semua
hal yang kupertanyakan. Dengan demikian, aku merasa bahagia. Kebahagiaan
mendapatkan kebenaran."

"Aku mulai membaca Alquran semuanya, sepanjang satu tahun penuh. Aku
mulai menerapkan pemahaman yang aku baca dari Alquran. Saat itu aku
merasa bahwa akulah satu-satunya muslim di muka bumi ini. Lalu aku berpikir
bagaimana aku menjadi muslim yang sesungguhnya. Maka aku pergi ke
masjid London dan aku mengumumkan keislamanku. Aku mengatakan, 'Asyhadu
anlaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah'."

"Ketika itu, aku yakin bahwa Islam yang kupeluk adalah risalah yang
berat, bukan suatu pekerjaan yang selesai dengan sekedar mengucapkan dua
kalimat syahadat. Aku telah dilahirkan kembali. Dan aku telah mengetahui
ke mana aku berjalan bersama saudara-saudara muslimku yang lainnya.
Sebelumnya, aku sama sekali tidak pernah menemui salah seorang dari
mereka. Seandainya pun ada seorang muslim yang menemuiku dan mengajakku
kepada Islam, tentu aku menolak ajakkannya, karena keadaan umat Islam yang
diremehkan dan diolok-olok oleh media informasi Barat. Bahkan, media
umat Islam sendiri sering mengolok-olok hakikat Islam. Mereka justru
sering mendukung berbagai kedustaan dan kebohongan yang dilontarkan oleh
musuh-musuh Islam, padahal mereka ini tidak mampu memperbaiki bangsa
mereka sendiri yang kini telah dihancurkan oleh penyakit-penyakit akhlak,
sosial, dan sebagainya."

"Aku telah mempelajari Islam dari sumbernya yang utama, yaitu Alquran.
Selanjutnya, aku mempelajari sejarah hidup (sirah) Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bagaimana beliau dengan perilaku dan sunnahnya
mengajarkan Islam kepada umat Islam. Aku lalu mengetahui kekayaan yang
agung dari kehidupan dan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Aku sudah lupa musik. Aku bertanya kepada kawan-kawanku, "Apa aku mesti
melanjutkan karir musikku?" Mereka menasihatiku agar aku berhenti,
sebab musik akan melalaikan dari mengingat Allah. Dan itu bahaya besar. Aku
menyaksikan pemuda-pemudi yang meninggalkan keluarga mereka dan hidup
di tengah-tengah musik dan lagu. Ini adalah sesuatu yang tidak diridhai
oleh Islam, yang menganjurkan dibangunnya generasi-generasi tangguh."

Itulah sekilas kisah islamnya seorang penyanyi terkenal dari Inggris.
Ia setelah memeluk Islam mengubah namanya menjadi Yusuf Islam. Allah
telah mengganti segala yang ia dapatkan dari musik yang kemudian dia
tinggalkan dengan hidayah iman kepada-Nya yang tak dapat dibandingkan dengan
apa pun jua
.